Pemimpin Aji Mumpung
Oleh: Rusmin Sopian
APA yang akan anda dapatkan sebagai rakyat yang merupakan pemegang tertinggi di negeri ini, ketika bangsa dan daerah anda dipimpin oleh pemimpin berkarakter aji mumpung? Tentunya, sebagai rakyat yang merupakan pemilik dan penguasa di negeri ini, anda tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang bisa membahagiakan anda dan mensejahterakan seluruh penduduk negeri. Tidak akan pernah. Bak mimpi di siang bolong.
Penyebabnya sangat jelas, karena seorang pemimpin aji mumpung tidak akan pernah memikirkan dan mengurus anda sebagai rakyatnya. Dalam otak besarnya, seorang pemimpin aji mumpung adalah bagaimana dengan jabatan dan kekuasaannya, sang pemimpin bertipe aji mumpung bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya kekayaan dan kehormatan untuk dirinya pribadi, keluarga dan kroninya. Soal apakah rakyat susah atau senang tidak ada dalam kamus kepemimpinannya.
Sebuah negara atau daerah kalau dipimpin oleh pemimpin bertipe aji mumpung, maka itu adalah sebuah kecelakaan besar. Karena pemimpin bertipe aji mumpung tidak akan pernah mengurus rakyat yang telah memberinya amanah saat di TPS.
Tetapi bagaimana dirinya, berusaha sebaik mungkin dengan kekuasaan yang dipegangnya, mampu meraup sesuatu dari kekuasaannya sebanyak mungkin. Soal apakah dirinya, mampu mewariskan prestasi bagi rakyat yang dipimpinnya, sehingga dikenang hingga akhir zaman, bagi pemimpin aji mumpung itu tidak ada dalam kamus kepemimpinannya.
Ketika sebuah negara atau daerah dipimpin oleh pemimpin berkarakter aji mumpung, maka kreativitas rakyat tidak akan pernah dieskalasi sesuai dengan kreativitas rakyat. Sebab bagi pemimpin berkarakter aji mumpung rakyat hanya pelengkap penderita dan bukan faktor kardinal (penting) yang harus dipikirkan dan dimartabatkan sesuai dengan kemampuan dan kreativitas rakyatnya. Bahkan pemimpin aji mumpung sangat khawatir dengan kreativitas tinggi warganya yang dapat mengganggu kekuasaannya yang sepi dari prestasi dan minim kreativitas prestasi.
Yang makin memperparah kekuasaan pemimpin aji mumpung adalah bawahan yang diberinya amanah justru bukan pegawai yang memiliki prestasi dan mampu berpikir untuk kepentingan rakyat banyak. Namun mereka adalah bagian inheren dari pemimpin aji mumpung yang ikut menikmati kekuasaan dari gaya kepemimpinan pemimpin aji mumpung.
Mereka, para pegawai yang diangkat pemimpin aji mumpung selalu berasumsi bahwa jabatan dan kekuasaan yang mereka terima adalah kekuasaan yang diberikan dan diamanahkan pemimpin aji mumpung untuk mereka sehingga mereka berdalih dengan segudang diksi dan narasi, bahwa tanggungjawab mereka kepada pemimpin aji mumpung dan bukan kepada rakyat yang dalam negara demokrasi merupakan pemilik negeri, bangsa dan daerah ini.
Tinggalkan Balasan