Artikel: Anak muda sekarang sering dihantui dengan kehidupan perfeksionis
BERITA BANGKA.COM – Sebuah penelitian ungkapkan perfeksionisme bikin hidup anak muda makin gak terkendali jika terus dikejar.
Anak muda sekarang sering dihantui dengan kehidupan perfeksionis. Wacana seperti punya tabungan Rp 200 juta di umur 25 tahun, hidup harus bermanfaat untuk masyarakat luas atau punya pasangan dengan penghasilan minimal Rp 250 juta per bulan. Seringkali jadi sebuah standar yang harus dikejar. Padahal perfeksionisme semakin dikejar, semakin membuat kehidupan anak muda hancur perlahan.
Orang yang perfeksionis punya pemikiran sangat ambisius dalam mencapai tujuannya. Penelitian Dalhousie University dan York St. John University mengungkapkan, mereka keras terhadap diri sendiri dan gak toleran dengan kegagalan. Jika salah cenderung menyalahkan diri sendiri dan takut sama kritik orang lain.
Penelitian melibatkan 77 studi dan 25 ribu peserta. Mayoritas responden berusia 15-49 tahun. Sepertiga dari mereka mahasiswa perempuan warga Inggris, Kanada dan Amerika Serikat.
Terjadi Karena Pola Asuh Keras dan Media Sosial
Hasil riset menemukan fakta bahwa anak muda zaman sekarang lebih perfeksionis ketimbang zaman sebelumnya. Peningkatan ini terjadi sejak tahun 1990.
Anak muda perfeksionis terjadi karena pola asuh orang tua yang keras dan terlalu mengontrol. Dunia semakin kompetitif, kinerja dan peringkat sangat diperhitungkan. Toleransi kegagalan sangat minim, salah sedikit anak dikritik keras.
Hal ini diperburuk konsumsi media sosial yang gak realistis dalam menggambarkan kehidupan. Gak sedikit influencer dan iklan membangun standar kesempurnaan yang semu. Perfeksionisme bisa mengganggu kesehatan mental anak muda seperti depresi, cemas berlebih dan bunuh diri.
Perfeksionisme Perlahan Hancurkan Hidup Anak Muda
Riset juga memaparkan anak muda yang hidup dengan perfeksionisme makin gak bisa kontrol diri sendiri seiring usianya bertambah. Mereka jadi lebih rentan sama emosi negatif seperti rasa bersalah, iri dan kecemasan berlebih. Self development jadi terganggu karena kurang terorganisir, kurang efisien, kurang bisa diandalkan dan kurang disiplin.
Mereka sibuk mengejar standar yang tinggi, cenderung belajar banyak hal dan gak fokus. Jadilah kepribadian yang gak matang.
Mengejar kesempurnaan adalah kefanaan, gak konkrit. Justru menghasilkan kegagalan yang lebih tinggi dan membuat orang yang perfeksionis makin takut untuk gagal. Padahal untuk mencapai sebuah tujuan gak terlepas dari kegagalan.
Menjadi anak muda yang perfeksionis itu gak mudah di tengah kehidupan yang penuh tantangan dan ketidaksempurnaan. Jika terus dikejar seperti meracuni diri sendiri dengan obat-obatan berbahaya. Anak muda jadi makin cepat lelah, gak stabil dan kurang rajin seiring usia bertambah.
Kuncinya, Kasih Sayang Tanpa Syarat dan Kontrol Penggunaan Media Sosial
Orang yang perfeksionis cenderung menyembunyikan kekurangannya dari lingkaran pertemanan dan rekan kerjanya. Tabiat seperti ini berkaitan sama pola asuh orang tua ke anak.
Mencegah anak muda perfeksionis bisa dilakukan lewat pola asuh dengan memberikan kasih sayang tanpa syarat. Gak perlu terlalu mengontrol, terlalu kritis, dan terlalu melindungi anak. Biasakan mengajarkan anak untuk menerima sebuah kegagalan serta mendorong mereka belajar dari pengalaman tersebut. Diiringi dengan edukasi bahwa menjadi disiplin adalah survival kit dalam menjalani hidup.
Hindari menuntut anak dalam hal peringkat, penampilan dan kinerja. Fokus pada proses bagaimana anak menjadi orang yang dewasa. Selain itu, tanamkan pola pikir skeptis apa yang terjadi di sosial media pada anak.
Kesempurnaan di media sosial hanya gambaran kecil dari sebuah proses content creator menyampaikan pesan. Dan ada proses yang panjang ketika orang mencapai sesuatu.
Tulisan ini bukan untuk mengajarkan anak muda gak membentuk standar. Punya tujuan itu perlu, kejar dengan upaya sebaik mungkin. Dan santai aja, gak perlu keras terhadap diri sendiri.
Tinggalkan Balasan