Nilai Tukar Rupiah Anjlok : Bukan Hanya Krisis 1998 Saja
JAKARTA, BERITABANGKA.COM – Nilai tukar uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin melemah tepat pada tanggal 6/7/2022 lalu. Rupiah ditransaksikan loyo hingga batas psikologis 15 ribu rupiah per dolar AS.
Sejarah perkembangan ekonomi pertama kali menyentuh 15 ribu rupiah tepat pada Juni tahun 1998 saat itu Indonesia mengalami krisis moneter, dengan nilai rupiah hingga 16.650 per dolar AS.
Namun naik turun tukar rupiah bukan terjadi pada itu saja, dua puluh tahun kembali per dolar AS tepat pada bulan Oktober 2018 nilai rupiah juga menembus angka psikologis. Saat itu per dolar AS menembus angka 15.001 rupiah dan nyaris menyentuh angka 15.300 rupiah.
Selanjutnya di fase downtren nilai rupiah terjadi lagi nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS hingga 16.575 pada Maret 2020 lalu.
Dikutip dari Bisnis, fase downtrend nilai rupiah dengan pelemahan mencapai batas psikologis ini, menurut Chief Economist Bank Permata Josua Pardede didorong oleh kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi China. Setelah Shanghai kembali melakukan tes massal Covid-19 baru-baru ini, ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu turun. Josua memprediksi pelemahan nilai tukar ini cenderung bersifat jangka menengah.
Rupiah berpotensi menguat secara gradual pada Agustus karena proyeksi kebijakan yang less hawkish dari Fed seiring dengan mulai melambatnya ekonomi AS. Joshua memperkirakan rupiah bakal bergerak di kisaran Rp14.550 hingga Rp14.750 pada akhir tahun. Sementara pada perdagangan Kamis, 7 Juli 2022, rupiah diramal bergerak di kisaran Rp14.950 hingga 15.050 per dolar AS.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengungkapkan inflasi yang sangat tinggi mencapai 8 persen di Amerika Serikat, memaksa kenaikan tingkat suku bunga. Hal ini turut mempengaruhi perekonomian nasional dan melemahnya nilai tukar rupiah saat ini. Inflasi sepanjang semester ganjil 2022 mencapai 3,19 persen dan sudah menyentuh 4,35 persen pada Juni 2022 (year on year).
Inflasi ini, kata Tauhid, berpotensi menghambat pemulihan daya beli yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi. Terlebih, situasi ini diperkuat dengan terjadinya tren penurunan upah riil buruh sepanjang semester ganjil 2022. Meskipun secara nominal upah mengalami peningkatan, inflasi yang terlalu tinggi menyebabkan pendapatan riil tergerus cukup dalam.
“Hal ini berdampak terhadap pelemahan nilai tukar mata uang domestik di berbagai negara termasuk Indonesia,” kata Tauhid dalam Kajian Tengah Tahun Indef pada Rabu, 6 Juli 2022 ihwal nilai tukar rupiah.
Tinggalkan Balasan