Kapal Compreng Merajalela di Perairan Pulau Bebuar
BANGKA TENGAH – Masyarakat Nelayan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, resah dengan adanya kapal compreng di Pulau Bebuar.
Pasalnya, masyarakat nelayan menilai kehadiran compreng itu secara langsung menggangu para nelayan lokal, karena dengan alat mereka berpotensi hancurkan sarang ikan dan terumbu karang.
“Jauh berkurang hasil tangkapan kita pak, karena dari segi penerangan kita kalah jauh. Dengan mereka yang memiliki alat yang lebih canggih,” kata Asnawi mewakili seluruh nelayan yang ada di Desa Kurau ketika dikonfirmasi melalui telpon seluler, (19/12).
Ia menegaskan, saat ini para nelayan meminta pihak terkait untuk bertindak tegas dan mencarikan solusi untuk para nelayan Desa Kurau.
“Kalau tidak ada solusi, masyarakat akan melakukan tindakan yang melebihi koridor hukum,” katanya.
Nelayan Kurau akan melawan
“Para nelayan ini sudah menunggu untuk melakukan penyerangan pak, jika tidak ada solusi dari aparat terkait untuk nelayan. Kami benar-benar dibuat resah kehadiran kapal cempreng ini,” tegasnya.
Tidak hanya itu, Asnawi menjelaskan, kapal compreng tersebut diperkuat telah memiliki perizinan dari Kementerian Kelautan Pusat.
“Kita cek surat kapal-kapal itu, bahwa izin nya dari pusat. Itulah aparat disini tidak bisa berbuat banyak pak,” ungkapnya.
Dirinya berharap, kapal compreng itu segera meninggalkan Pulau Berbuat, lantaran dari masyarakat nelayan desa itu dan yang lainnya bergantung nasib untuk menghidupi keluarga mereka hanya bertumpu di pulau itu.
“Nelayan sini menggantung nasib di pulau itu pak, jadi kami berharap kapal cempreng itu bisa cepat meninggalkan Pulau Berbuar. Dan pemerintah tolong perhatikan nasib para nelayan di Desa Kurau dan sekitarnya ini,” tukasnya.
Hal senada juga di utarakan, Jasila Kepala Desa Kurau, berharap ada regulasi atau aturan yang mengatur tentang batasan-batasan antara nelayan compreng dan para nelayan tradisional.
“Setidak-tidaknya mereka tidak mengganggu area tangkap nelayan tradisional. Dan harapan kami juga kepada pihak DKP Provinsi dan terkait lainnya tentang perizinan kapal compreng itu, ya ada batasan-batasanlah untuk hal tersebut. Jangan sampai nanti nelayan tradisional kita bentrok dengan nelayan compreng,” kata Jasila.
Sementara itu Ia menambahkan, kehadiran kapal compreng membuat para nelayan tradisional setempat otomatis kurang terhadap hasil tangkapan. Penyebab nya alat yang digunakan nelayan compreng lebih canggih dengan para nelayan tradisional.
“Untuk lampunya saja, bisa menerangi dengan luas, sementara para nelayan tradisional tidak seperti itu, sehingga tangkapan para nelayan tradisional jadi berkurang. Kita berharap ada lah batasan-batasan antara nelayan compreng dan nelayan tradisional,” bebernya. (*)
Sumber: Tajukbabel.com
Tinggalkan Balasan