Strategi Merebut Suara Generasi Z di Pemilu 2024
Oleh: Vivie Laura Agustine
OPINI, BERITABANGKA.COM – Generasi Z atau lebih sering disebut Gen Z merupakan 27,95 persen dari total populasi di Indonesia. Jika mengacu sensus penduduk pada 2020 jumlah gen Z mencapai 75,94 juta dari total populasi Indonesia sebanyak 270,2 juta jiwa. Gen Z adalah kelompok usia yang berkisar antara usia 17 hingga 26 tahun. Mereka akan disasar pada pemilu 2024 mendatang, terkhusus untuk gen Z yang baru pertama kali mencoblos. Generasi Z dianggap sebagai kelompok yang apolitis, sehingga sulit untuk mengambil suara mereka. Tentunya akan menjadi tugas yang berat bagi partai politik untuk menentukan strategi yang tepat agar tidak salah langkah di tahun 2024 untuk merebut hati dan suara Gen Z.
Berbicara mengenai Gen Z dan kaitannya dengan pemilihan umum, menjadi pengingat bahwa tidak lah mudah untuk menarik simpati serta dukungan dari kalangan ini. Untuk mendapatkannya harus menarik dan betul-betul ada terobosan apa yang menjual. Memang Gen Z ini sedikit berbeda, perlu ada suatu kegiatan khusus yang pastinya bisa diterima oleh kalangan kekinian ini.
Gen Z mempunyai kemauan kuat untuk berpolitik. Tetapi, pengetahuan mereka mengenai politik cukup terbatas. Oleh karena itu, Gen Z cenderung mencari secara mandiri di jejaring sosial atau belajar sendiri. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa media sosial merupakan platform yang tepat untuk menyapa generasi Z. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah konten seperti apa yang lebih diminati Gen Z ? Platform media sosial mana yang tepat untuk Gen Z ? Apa pendekatan yang tepat untuk menyasar Gen Z ?
Gen Z lebih menyukai konten media sosial berbasis video, namun penyajiannya harus visual dan tidak panjang. Media digital seperti Instagram, Twitter, YouTube, TikTok, dan Facebook merupakan aplikasi yang erat kaitannya dengan generasi Z. Anda bisa melihat penggunaan teknologi Gen Z, yaitu sekitar 8,5 jam sehari. Oleh karena itu, informasi seperti pesan politik dan kampanye online para politisi sangat relevan bagi kelompok ini. Partai politik harus berpikir selayaknya digital nomaden untuk menarik Gen Z. Generasi Z tidak loyal dengan media sosial mana pun, tetapi berpindah-pindah untuk mengikuti tren.
Hal penting lainnya untuk mengambil perhatian Gen Z adalah dengan menggunakan bahasa dan gaya yang selaras dengan mereka. Gen Z cenderung lebih gampang menerima pesan yang disampaikan melalui bahasa dan gaya yang lebih santai dan relevan dengan kehidupan mereka. Politisi dan partai politik sebisa mungkin memberikan pesan politiknya dalam bahasa yang mudah dipahami oleh generasi Z dan menggunakan gaya yang sesuai dengan budaya populer saat ini.
Berdasarkan strategi di atas, dapat disimpulkan bahwa generasi Z memiliki akses serta ketergantungan terhadap teknologi dan gadget, mereka tidak seperti generasi sebelumnya yang rajin membaca suatu narasi melalui buku-buku cetak atau surat kabar, sebaliknya mereka lebih enjoy dengan informasi yang bertebaran di dunia internet, terutama yang berbentuk visual dan gambar.
Dengan adanya teknologi dan kebebasan berekspresi membuat Gen Z menjadi generasi yang aktif, kreatif, dan terampil menggunakan kecanggihan teknologi digital. Dengan kondisi kepribadian dan karakter Gen Z yang seperti ini, Gen Z sangat cocok dipimpin dengan gaya kepemimpinan transformative yang menginpirasi serta memahami keunikan Gen Z membantunya mengembangkan potensi dan melibatkan mereka dalam mengambil keputusan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Tinggalkan Balasan