BERITABANGKA.COM, KACUNG – Tim KKN Muhammadiyah Aisyiah yang berada di Desa Kacung kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung berhasil merealisasikan program kerja utamanya yang dirasa cukup menantang.

Nur Sholikha yang merupakan salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Prodi Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Lingkungan berinisiatif memberikan idenya kepada anggota kelompoknya di KKN, ide tersebut yaitu upaya pengurangan sampah plastik melalui modifikasi pemanfaatan ecobrik.

Dengan anggota yang berasal dari berbagai daerah (Bella Nur Khalida Hasibuan dari Medan, Anggun Ramadhania dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Nindi Deva Anggraini dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Larashati Yuan Pauji dari Kalimantan, Ridwan Nur Syabani dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Novia Anggraini dari Universitas Muhammadiyah Lampung, Fakhri Okto Pian dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Isnaeni dari Sinjai, dan Sofi Hartini dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung) membuat Nur yakin dan semangat untuk mewujudkan ide tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Kacung, Dimas Darmawansyah, S.T mengatakan, pada desa tersebut masih minim atau wadah yang dilakukan dan diberikan oleh pemerintah daerah setempat dalam upaya pengurangan dan pengelolahan sampah plastik, seperti halnya unit tempat pengelolaan sampah terpadu dan 3R (TPST3R), bank sampah dan rumah kompos yang mengelola kertas, plastik dan kaleng.

Ecobrik merupakan salah satu solusi yang dilakukan mahasiswa KKN di desa Kacung sebagai upaya pengurangan sampah plastik di desa Kacung.

Proses dalam membuat ecobrik tidaklah rumit melainkan membutuhkan proses yang cukup panjang.

Dimulai dengan pengumpulan sampah plastik dan botol plastik, kemudian dicuci dan dikeringkan, lalu sampah plastik dimasukkan kedalam botol plastik.

Manfaat dari ecobrik cukup banyak bisa dijadikan meja, kursi, hiasan dan bisa juga dijual ditempat yang menampung ecobrik.

Mahasiswa KKN selain memanfaatkan ecobrik sebagai meja dan kursi, mereka juga berhasil membuat icon desa yang bertuliskan “Kacung Bertamu” dimana saat tengah perjalanan sempat merasa putus asa dan gagal mengingat sampah dan botol yang dibutuhkan tidaklah sedikit, karena semangat dan antusias warga serta dukungan yang diberikan kepala desa dan dosen pembimbing lapangan yaitu Vika Martahayu, S.Pd.I., M.Pd menjadikan mereka berhasil mengumpulkan kurang lebih 600 botol berisi sampah plastik untuk tulisan icon Desa Kacung.

“Mereka juga telah melatih langsung dan membimbing karang taruna bagaimana proses pembuatan ecobrik dengan harapan besar saat mereka sudah kembali dari desa tersebut, karang taruna bisa melanjutkan dan mendampingi warga desa setempat dalam membuat ecobrik, sehingga upaya ini masih bisa dilakukan untuk kedepannya. Dan desa Kacung diharapkan bisa menjadi pioneer atau contoh untuk desa lainnya dalam mengelola sampah plastik,” ujar Nur