Sudah Bertahun, IRT di Ahmad Yani Toboali Keluhkan kWh digital milik PLN Sangat Boros
BERITABANGKA.COM – Seorang IRT (ibu rumah tangga) Jumlati beralamat di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Toboali keluhkan putaran kWh milik PLN (Perusahaan Listrik Negara) pada kediamannya sangatlah boros berbanding putaran kWh milik orang lain.
Hal itu ia alami sejak pergantian kWh manual ke kWh digital beberapa tahun silam. Pasalnya ia harus merogoh kocek dalam dalam. Token senilai 10 kWh habis tuntas dalam sehari semalam walaupun pemakaian dilakukan sehemat mungkin.
Diakuinya untuk peralatan listrik yang digunakannya tidak ada yang wah, artinya peralatan elektronik milik mereka masih tergolong standar rumah tangga, namun anehnya konsumsi token luar biasa boros.
baca juga:
Kisruh Tambang Laut, Bupati Riza: Ini Masyarakat Saya, Jadi Wajib Saya Bela
“Semakin diganti ke kWh sekarang (kWh digital) semakin boros pemakaiannya, namun mau apalagi kita hanya rakyat kecil ngikut ngikut saja atas kebijakan pemerintah,” katanya kepada Berita Bangka dikediamannya di Toboali, Rabu (18/10).
Diceritakannya, bahwa sebelumnya ia sudah pernah melaporkan hal tersebut namun sepertinya pihak PLN ranting Toboali tidak memberikan solusi yang tepat. kWh miliknya tetap boros.
baca juga:
PT. PLN Menyepakati PKS Dengan Kejari Bangka Selatan, Ini Tujuannya
“kWh ini tegangannya 1300, dan sudah beberapa kali kita melaporkan ke pihak PLN Toboali namun tetap saja tidak ada perubahan dan laporan kita tidak pernah ditindak lanjuti oleh petugas, kata petugas itu sesuai dengan pemakaian,” tukasnya.
Tak hanya itu tambahnya, selain boros diakuinya harga token listrik semakin hari semakin mahal.
“Apakah pemerintah atau pihak PLN ini mau mencekik rakyatnya agar mati semua, dengan kebutuhan kehidupan ditopang oleh kebutuhan listrik mencari keuntungan dengan mencekik rakyat sendiri,” tuturnya.
baca juga:
Kemilau Wisata Bangka Selatan di Himpang 5 Habang
“Kalikan saja pak selama 30 hari pemakaian, sehari kita wajib membeli token senilai 22 ribu rupiah jadi nominal yang dikeluarkan senilai 600 ribu rupiah sedangkan sebelumnya, masih memakai kWh meteran kita hanya membayar 200 ribu rupiah perbulan, nah jadi dimana salahnya ini,” tutur dia.
Ia meminta pihak PLN ranting Toboali agar melayani konsumen dengan sepenuh hati agar masyarakat Bangka Selatan khususnya masyarakat Toboali yang menikmati fasilitas listrik negara itu tidak merasa dirugikan.
Hingga berita ini terpublikasi pihak PLN ranting Toboali Bangka Selatan masih diupayakan redaksi untuk dikonfirmasi guna keberimbangan informasi yang tersebar di publik.
(TR)
Tinggalkan Balasan