BERITABANGKA.COM – Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tengah menggenjot investasi di sektor hilirisasi mineral logam. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut, terutama di sektor pertambangan.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bangka Selatan, Kartikasari, menyatakan bahwa potensi ekonomi dari mineral logam di wilayahnya sangat besar, mengingat status Bangka Selatan sebagai daerah pertambangan. “Mineral logam memiliki prospek ekonomi yang cerah sebagai daerah tambang. Potensi ini sedang kita gali dan tawarkan kepada investor,” ungkap Kartikasari saat ditemui di Toboali

Hilirisasi mineral logam, menurut Kartikasari, merupakan bagian dari kebijakan pemerintah pusat yang mewajibkan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) untuk meningkatkan nilai tambah dari mineral tersebut di dalam negeri. Kebijakan ini diatur dalam Pasal 102 dan 103 Undang-Undang Minerba, yang mengamanatkan bahwa pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral logam harus dilakukan sebelum diekspor.

“Kebijakan hilirisasi ini telah kami masukkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi (Renstra). Ini menjadi bagian penting dari upaya kami untuk meningkatkan daya saing daerah,” tambahnya.

Selain fokus pada hilirisasi mineral logam, Pemkab Bangka Selatan juga terus mengembangkan hilirisasi produk pertanian dan perikanan. Langkah ini diambil untuk membuka ruang investasi yang lebih luas bagi para pemilik modal, dengan harapan dapat memberikan nilai tambah bagi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Selain mineral logam, kami juga terus mendorong hilirisasi di sektor pertanian dan perikanan. Kami ingin membuka ruang investasi di sektor-sektor potensial yang dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi daerah,” ujar Kartikasari.

Dalam beberapa tahun terakhir, Bangka Selatan mencatatkan peningkatan investasi yang signifikan. Pada tahun 2023, nilai investasi di daerah ini mencapai Rp3,1 triliun, meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2022 yang hanya sebesar Rp1,4 triliun. Kartikasari menjelaskan bahwa lonjakan investasi ini sebagian besar didorong oleh beroperasinya beberapa perusahaan baru, terutama di sektor perkebunan kelapa sawit.

“Pertumbuhan investasi ini sangat signifikan, dan ini berkat masuknya beberapa perusahaan baru yang beroperasi, khususnya di sektor kelapa sawit,” jelasnya.

Selain perkebunan kelapa sawit, sektor-sektor lain yang turut berkembang di Bangka Selatan antara lain perdagangan eceran, industri kerupuk, warung makan, dan industri kue basah. Namun, dengan mengembangkan sektor mineral logam, pemerintah daerah berharap bisa mencapai lompatan investasi yang lebih tinggi dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.

“Kami berupaya untuk mengembangkan sektor-sektor lain seperti mineral logam, agar nilai investasi di Bangka Selatan terus meningkat dan mampu membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas bagi masyarakat,” tutup Kartikasari. (*)