MENTOK, BERITABANGKA.COM – Usai ditertibkan oleh Aparat Penegak Hukum (APH) masyarakat yang berprofesi sebagai pekerja tambang timah ponton apung di Perairan Laut Tembelok hanya bisa meratap nasib sedih.

Mereka berharap bisa bekerja kembali agar perputaran roda perekonomian keluarganya bisa terpenuhi kembali.

Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, ternyata tidak ditemukan adanya warga yang menolak atas aktivitas Tambang Timah di Tembelok dan Kranggan. Bahkan nelayan setempat menyetujui kegiatan penambangan itu meskipun gosip yang tersebar luas terkena dampaknya.

Salah satu pekerja tambang warga asli Mentok Asin, Riko menyebutkan, masyarakat yang bekerja hanya mengandalkan fisik atau tenaga dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

“Kami ini pak, satu unit itu ada 4 sampai 5 pekerja, dan saat ini sudah ratusan unit menganggur setelah diminta berhenti oleh pihak keamanan, bisa bayangkan nasib kami dengan teman-teman yang lain, belum lagi keluarga pokoknya asli stres,” kata Riko.

Menurutnya, dengan adanya aktivitas tambang itu secara langsung dapat menopang perekonomian keluarganya.

“Saat aktivitas penambangan mulai beroperasi kami sangat senang dan bahagia bisa bekerja, apalagi sekarang ini ekonomi sudah sangat sulit, bisa bekerja di Laut Tembelok ini syukur Alhamdulillah, ada hasil lebih yang bisa diberikan kepada anak dan istri kami, disini tidak cari kaya semata-mata hanya menyambung hidup,” ucapnya.

“Kami juga bingung, masyarakat dan para penambang serta nelayan setempat tidak mempermasalahkan, bahkan mereka pun ikut menikmati hasilnya dan diakui sangat terbantu,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah dan APH setempat dapat mencarikan solusi yang tepat agar keterpurukan mereka saat ini bisa diatasi.

“Tolonglah kami rakyat kecil, kepada pemerintah dan aparat penegak hukum carikan solusi terbaik agar kami ini bisa kembali bekerja bekerja, minimal diberi kesempatan beroperasi,” pintanya.

Sementara itu, Rusdan pria berusia 52 tahun, sebagai Kelompok Nelayan Tembelok menyebutkan, tidak mempersulit para penambang dalam mencari rejeki.

“Kami nelayan tidak mempermasalahkan adanya aktivitas tambang timah tersebut beroperasi,” ujarnya.

Ia pun mengakui sangat terbantu dengan adanya aktifitas tambang diwilayah mereka.

“Sebelum mereka bekerja, sudah menyanggupi apa saja yang menyangkut kerusakan alat tangkap dan lainnya siap diganti, Alhamdulillah kami yang melaut belum ada kejadian di Tembelok ini, intinya kami merasa terbantu karena sudah ada kompensasi dari para penambang yang kami terima,” ucapnya.

Lanjut dia mengungkapkan, saat ini diketahui hasil tangkap yang tidak menentu, dengan adanya kompensasi dari penambang benar-benar sangat terbantu.

“Apalagi nanti akan masuk musim ombak besar atau musim barat, tambang ini tidak akan selamanya ada di lokasi Tembelok dan sekitarnya, bila hasil tidak memadai ditambah cuaca yang tidak mendukung, para penambang akan pindah dengan sendirinya,” tukasnya.

“Jadi kami mohon kepada aparat yang berwenang memberikan kelonggaran ini,” pintanya.

Diakuinya, agar pihak terkait tidak melarang mereka dalam mencari rejeki halal.

“Kiranya pihak pemerintah maupun aparat keamanan tidak melarang mereka untuk mencari nafkah dengan cara menambang, karena sebentar lagi musim barat ombak besar masuk pada bulan 11 dan 12, kami ini nelayan kecil otomatis tidak berani melaut dengan sendirinya perahu naik ke darat,” katanya.

“Dengan kehadiran penambangan ini, kami sangat merasakan pula hasilnya hitung hitung ada tambahan hasil melaut,” tuturnya. (TR)